3 Feb 2017

Instrumen Landing System

            INSTRUMEN LANDING SYSTEM (ILS)

           Instrument Landing System (ILS) adalah alat bantu standar non visual yang digunakan untuk membantu Pilot dalam melakukan pendaratan pesawat. ILS memberikan informasi yang cukup akurat sehingga Pilot dapat melakukan pendaratan dalam segala kondisi cuaca. Hal ini sangat membantu bandara dalam melakukan aktivitasnya, sehingga lalu lintas udara dapat berjalan dengan lancar.
      ILS pada dasarnya dirancang untuk mengatasi keadaan cuaca yang buruk pada saat melakukan pendaratan. ILS dioperasikan beserta perangkat pendukung navigasi yang lain seperti DME, DVOR, NDB, dan Compass Locator.

Tiga informasi yang dibutuhkan Pilot untuk melakukan fase pendaratan antara lain:
1.      Kelurusan pesawat dengan garis tengah runway.
2.      Sudut luncur pesawat.
3.      Jarak pesawat dengan runway.


Ketiga informasi di atas dapat dipenuhi oleh ILS.
ILS terdiri dari 3 peralatan yang berbeda, yaitu :
1.      Localizer, yaitu transmitter yang memberikan informasi mengenai kelurusan pesawat dengan runway.
2.      Glide Slope, yaitu transmitter yang memberikan informasi mengenai sudut datang pesawat.
3.      Marker Beacon, yaitu yang menginforrmasikan jarak pesawat terhadap runway.



SEJARAH PERKEMBANGAN ILS
         Alat bantu navigasi seperti ILS dapat ditelusuri asalnya dari 2 buah alat yang dipatenkan di Jerman. Tahun 1905 Marconi mematenkan suatu sistem yang menggunakan antenna. Kemudian Telefunken  dari Jerman menggunakan prinsip yang dikenalkan oleh Marconi tersebut untuk menciptakan alat yang dapat mendukung informasi. Lebih lanjut dikembangkan alat yang menggunakan prinsip perpotongan 2 kutub lingkaran untuk menentukan arah.
         Pada tahun 1907 Lorentz Company dari Jerman menentukan alat penentu arah. Prinsipnya menggunakan 2 buah antenna yang memancarkan 2 buah radiasi yang saling berpotongan. Apabila daerah perpotongan radiasi tadi dilewati, maka system akan memberikan isyarat berupa bunyi dengan nada tertentu yang menandakan bahwa benda yang lewat berada pada posisi yang benar. Sistem serupa pada tahun 1930 dipakai oleh Lorentz untuk mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai Localizer Course.
Pada tahun 1928, Aeronautics branch of The Department of Commerce di Amerika Serikat memperkenalkan system ILS yang paling sederhana yang dioperasikan berdasarkan prinsip equisignal. Localizer memancarkan frekuensi 278 kHz dan dimodulasikan dengan frekuensi 65 Hz dan 87,5 Hz. Pada receiver pesawat dilengkapi dengan zero indicator, sehingga apabila pesawat berada pada posisi yang benar maka jarum pada alat tersebut akan menunjukkan angka nol.
         Pada tahun 1938 karena alasan keterbatasan pada pemakaian frekuensi rendah maka pada ILS ditetapkan standarisasi sebagai berikut :
  1.  Localizer, system harus dioperasikan pada daerah frekuensi VHF dengan dengan lebar pita antara 108 MHz – 112 MHz.
  2.  Vertical Glide Slope, dioperasikan pada frekuensi 328 MHz hingga 336 MHz.
  3.  Marker Beacon, dioperasikan pada frekuensi 75 MHz.

       Rekomendasi – rekomendasi di atas membawa dunia pada penemuan SCS 51, pada alat itu frekuensi modulasi diubah menjadi 90 Hz dan 150 Hz.
       Tahun 1954 Inggris memproduksi PYE CA 1000 yang dipergunakan oleh beberapa Negara hingga awal tahun 1980-an. Pada alat ini Localizer terdiri dari 2 buah reflector parabolic. Satu antenna dipole memancarkan RF carrier yang dimodulasi dengan frekuensi 90 Hz dan antenna yang satu lagi memancarkan RF carrier yang dimodulasi dengan frekuensi 150 Hz. Keduanya menciptakan 2 loop  energi yang saling berpotongan, sehingga ketika pesawat melewatinya maka zero indicator akan menunjukkan angka nol yang berarti pesawat ada pada posisi yang tepat. Glide Slope juga dirancang dengan prinsip yang sama hanya saja ia bekerja pada daerah vertical dan diset untuk kemiringan 3 derajat.   


    Baca : https://en.wikipedia.org/wiki/Instrument_landing_system  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar